Selasa, 16 Mei 2017

misteri asal muasal kuntilanak yang buat anda merinding

Bicara soal penampakan dan makhluk halus, boleh dikatakan Kuntilanak adalah hantu yang paling usil. Hantu yang dianggap berjenis kelamin perempuan ini dibalut kain mori dan bercak darah di bagian perut. Rambut panjang dan sering mengeluarkan bunyi rintihan yang menakutkan serta tawa cekikikan.  Konon, kemunculan hantu ini diidentikkan dengan pasca tenggelamnya matahari, terlebih jika hari itu hujan rintik-rintik. Mitosnya, apabila terdengar rintihan Kuntilanak dari jauh, sebenarnya keberadaannya sangat dekat. Sebaliknya, jika suaranya dekat, maka hantu tersebut jauh dari jangkauan kita.


Saat ini, banyak yang percaya bahwa Kuntilanak berasal dari Jawa. Pasalnya, beberapa film dewasa ini menceritakan bahwa Kuntilanak dapat diundang dengan lagu ‘Lingsir Wengi’ yang notabene adalah lagu timang-timang untuk jabang bayi gubahan salah satu Sunan di Jawa. Padahal, Kuntilanak bagi masyarakat Jawa ialah sejenis hantu yang diklasifikasikan sebagai ‘wewe’ atau genderuwo perempuan. Konon, hantu ini suka berada di area sepi dan area pepohonan, terutama pohon waru. Pohon ini yang sedikit mendoyong (waru doyong) sering dianggap miterius dan ditinggui oleh Kuntilanak.

Disisi lain, Kuntilanak ini adalah hantu yang berasal dari suku melayu. Sehingga tidak begitu mengejutkan jika ia sudah dikenal di rumpun Asia tenggara, seperti Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, khususnya Indonesia area Kalimantan Barat.  Di provinsi tersebut, Kuntilanak dijadikan sebagai nama ibu kota yang telah terkenal sejak lama, yakni Pontianak.  Nama kuntilanak dapat dipecah menjadi dua, “kunti” yang bermakna bunting atau hamil dan ‘anak’ yang bermakna anak.  Kedua penggalan tersebut dimaknai wanita yang meninggal saat dalam keadaan hamil atau melahirkan anak. Selain itu, Kuntilanak dan Pontianak mempunyai kesamaan dalam jumlah silabel dan hanya satu silabel saja yang berbeda bunyi. Dengan menyisihkan kata ‘anak’ dan fokus pada ‘kunti’ dan ‘ponti’ kedekatan kata ini.


Melihat arsip bangsa Tionghoa, Pontianak awalnya memang disebut sebagai Kuntilanak yang sesuai dengan penamaannya, :坤甸,: Khuntîen. Kisah tentang nama hantu yang dijadikan kota ini tidak bisa lepas dari seorang  Sultan bernama Abdurrahman Alkadrie. Pada masa itu, dia menyusuri sungai Kapuas untuk menelisik lokasi kerajaan yang akan ia bangun. Di perjalanan tersebut, sang Sultan diganggu oleh hantu ini berulang-ulang hingga akhirnya sang Sultan menembakkan meriam untuk menghilangkan gangguan tersebut. Sekaligus, ia menentukan area kerajaannya dari lokasi jatuhnya meriam tersebut.

Cerita tentang kuntilanak

Searah dengan penamaan dan asal usul Kuntilanak, konon, ada seorang bidan yang membantu persalinan hantu ini. Dikisahkan, seorang bidan pasca selesai bertugas menuju jalan pulang. Dia melihat seorang wanita yang merintih kesakitan di depan rumah karena perutnya yang menunjukkan tanda kehamilan tua. Sampai proses persalinan selesai, sang bidan tidak menaruh curiga sama sekali dan pulang melenggang begitu saja.  Namun, saat sampai di rumah, sang bidan teringat bahwa gunting pemotong ari-ari si jabang bayi tertinggal. Keesokan harinya, dia kembali ke rumah wanita yang ia tolong. Namun, ia tidak menemukan rumah satu pun di sana kecuali pemakaman umum. Kemudian dia melihat gunting bedahnya berada di atas batu nisan dengan kain mori melilitnya.  Diketahui, bahwa kuburan tersebut bersemayam seorang wanita yang meninggal akibat gagal melahirkan. Mitosnya, kain mori tersebut merupakan jimat untuk menangkal perkara negatif dari dunia ghaib.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar